Di usia 88 tahun, seharusnya Kakek Demo sudah bisa beristirahat dan menikmati masa tua dengan tenang. Namun, kenyataan berkata lain. Setiap hari, beliau masih harus berkeliling pasar menjajakan es cendol. Dengan harga 5 ribu rupiah per bungkus, Kakek Demo sering kali hanya berhasil menjual dua bungkus sehari. Itu berarti, ia hanya membawa pulang 10 ribu rupiah jumlah yang bahkan tidak cukup untuk makan sehari.
Kakek Demo tinggal di sebuah kos kecil yang sangat sederhana. Bahkan bulan ini, ia kesulitan membayar sewa. Kalau nggak kerja, saya nggak makan, ucapnya dengan nada pasrah, namun tetap penuh semangat. Dagangannya yang berat sering membuat tubuhnya lemah, tetapi ia pantang menyerah. Meski istrinya sedang sakit di rumah, dan anaknya pun tidak bisa banyak membantu karena kondisi ekonomi yang sulit, Kakek Demo tetap bekerja tanpa mengeluh.
Setiap hari, ia tidur di kamar sempit yang dipenuhi barang dagangannya. Di usianya yang hampir satu abad, perjuangannya terasa begitu berat. #TemanBaik, bayangkan jika kita berada di posisi Kakek Demo—dengan tubuh yang mulai melemah, beban ekonomi yang terus menghimpit, dan tunggakan kos yang belum terbayar. Rasanya tak adil, bukan? Di usia seperti ini, beliau masih harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.
Mari kita bantu meringankan beban hidup Kakek Demo. Setiap rupiah yang kita sisihkan bisa membantunya menikmati masa tua dengan lebih layak. Dengan uluran tangan kita, Kakek Demo bisa beristirahat sejenak dari perjuangannya dan fokus merawat sang istri yang sedang sakit.
Nggak apa-apa saya capek, yang penting ada uang buat makan sama bayar kos, katanya sambil tersenyum kecil.
Yuk, kita buktikan bahwa kebaikan kita bisa mengubah hidup Kakek Demo! Berbagi tak akan membuat kita miskin, justru menjadi jalan menuju kebahagiaan.
Belum ada Fundraiser