“Mak kelaperan pun gak jadi masalah. Asal anak Mak bisa makan, kasian Engkus harus jauh dari anak dan istrinya semenjak sakit” UjarMak Dedah.
Kalimat yang begitu tulus terucap dari bibir Mak Dedah (72 tahun). Di hari-hari tuanya saat ini, beliau menghabiskan waktu untuk bekerja dan merawat anaknya, Engkus (35 tahun) yang mengidap kelumpuhan permanen.
Belum berhenti ujian menimpa sang anak karena berpisah dengan istri dan anaknya. Tak berselang lama Engkus pun jatuh sakit. Ia hanya bisa memandang foto anaknya yang tersimpan dalam gawainya.
Beberapa tahun yang lalu, secara tiba-tiba Engkus ambruk dan lumpuh. Tubuhnya kaku, tidak bisa ditekuk, bahkan untuk duduk saja tidak bisa karena merasakan sakit yang luar biasa. Segala macam aktivitas, dari mulai makan dan mandi di bantu oleh Mak Dedah.
Maapin Engkus ya Mak, jadi beban pikiran Mak, selalu merepotkan Mak. Semoga Mak sehat selalu, doain Engkus agar cepet sembuh, bisa kerja lagi dan bahagiain Mak Ucap Engkus sambil menangis.
Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mak Dedah lah yang menanggung semua itu seorang diri. Karena sang suami sudah lama meninggal dunia.
“Dulu pas masih ada tabungan, Mak masih bisa bawa Engkus ke rumah sakit dan pengobatan alternatif lainnya. Mak terakhir jualan bakso tapi bangkrut karena modalnya dipake untuk sehari hari dan buat berobat. Sekarang harta udah habis, terpaksa anak Mak dirawat seadanya di rumah.” Ujar Mak Dedah.
Setiap hari Mak Dedah berjualan Es keliling kampung. Sebelum pergi berjualan Mak menyeka dan menyiapkan makanan untuk sang anak. Kemudian menemani sang anak membaca ayat suci Al-Qur'an, aktivitas itulah yang menjadi rutinitas Mak Dedah sehari hari.
Mak Dedah sebenarnya tidak tega melihat kondisi anaknya yang hanya terbaring dan terbujur kaku, tapi ada daya, seperti tertampar kenyataan, penghasilannya yang hanya berkisar 20.000-25.000.
Dan tak jarang Es yang beliau bawa tidak laku semua dan tersisa. Bahkan untuk makan sehari hari keduanya tidak cukup. Sering kali jika sang anak merasa kesakitan, hanya mengkonsumsi obat pereda sakit yang di belinya di warung.
Kadang kami berdua makan nasi tanpa lauk, hanya ditaburi garam. Tapi Mak bersyukur masih diberikan rezeki oleh Allah untuk bisa makan Ujar Mak Dedah.
Karena kondisi kesehatan Mak sudah menurun dan sering menahan lapar, Mak Dedah sering terasa pusing ketika berjualan. Pernah suatu hari termos yang Mak bawa terjatuh, dan beberapa es yang Mak bawa pecah dan tidak bisa dijual. Mak hanya bisa menangis karena tidak bisa membawa uang kerumah.
Meskipun dalam keterbatasan, Mak Dedah harus tetap kuat jalan kaki keliling kampung untuk berjualan. Padahal kalau boleh beliau jujur, kakinya sudah terlalu lemah untuk berjalan jauh.
Semua kekuatan itu datang dari tekadnya agar Mak, terlebih anaknya bisa makan. Untuk bisa bawa anaknya berobat? Mak Dedah belum sanggup memimpikan itu!
Mak Dedah berharap dirinya bisa terus merawat sang anak hingga bertemu ajalnya. Beliau juga ingin melanjutkan lagi pengobatan sang anak dan mempunyai usaha di rumahnya agar tidak berjualan keliling lagi.
Sahabat Kebaikan, Mak Dedah memang tidak pernah mengeluh namun beban yang dipikulnya sangatlah berat.
Yuk temani perjuangan, Mak Dedah, sekecil apa pun rezeki yang sahabat sisihkan akan berarti besar bagi keluarga Mak Dedah.
Penggalangan dana ini mencurigakan ? Laporkan
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala keperluan Mak keluarga Mak Dedah. Selain itu, akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.
Belum ada donasi untuk penggalangan dana ini
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik