Dengan tubuh ringkih dan jalan tertatih tatih, Abah Adang (87 tahun) sekuat mungkin berjalan kaki di bantu kayu bekas agar ia bisa berjalan sambil membawa karung besar. Butuh waktu lama baginya untuk berjalan keliling kampung mencari botol dan plastik bekas.
Fisiknya terlihat kurus, raut wajahnya seakan kelelahan, tangannya pun selalu gemetar karena kelelahan dan menahan lapar. Ini semua dilakukannya untuk makan sehari hari, ia masih mencari nafkah di ujung usianya.
Namun apa daya, bila tak begitu, Abah Adang tidak bisa makan.
“Kalau Abah gak mulung, Abah mau makan apa di rumah? Abah gak mau merepotkan orang lain. Selagi Abah masih bisa berjalan dan memulung akan Abah lakukan” Ujar Abah Adang
Di setiap tetes keringat yang mengucur, Abah berdoa bisa pulang dengan selamat dan makan dengan layak hari ini. Ia harus mengais sampah dari pagi sampai siang hari, bahkan jika barang bekas yang dikumpulkannya belum banyak, ia sambung mencari barang bekas di sore hari.
Beliau tak bisa berjalan lama, sesekali ia harus duduk hanya sekedar beristirahat.
Tanpa lelah, setelah sampai rumah Abah adang meneruskan pekerjaannya, ia mulai memilah dan membersihkan botol plastik yang didapat. Kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari dan menjual barang rongsokan yang hanya cukup buat makan sehari sekali.
Penghasilan Abah Adang yang tak tentu, tidak sebanding dengan perjuangannya dalam mengatasi kelemahan fisik yang dirasakan, dalam sehari ia hanya mendapatkan 10-25 ribu. Tak jarang jika penghasilan yang didapat kurang, Abah hanya bisa makan nasi dengan terasi.
Belum lagi jika kondisi kesehatannya sedang menurun, ia tak bisa memulung dan hanya berdiam diri di rumah.
”Alhamdulillah tetangga disini baik baik, pada peduli ama Abah. Kadang Abah suka dikasih makanan. Tapi Abah kadang malu takut ngerepotin mereka” Ujar Abah Adang
Abah Adang tinggal sebatang kara, sang istri sudah lama meninggal dan tidak dikaruniai keturunan. Kondisi tempat tinggalnya pun sangat tidak layak. Tidak ada barang berharga di rumahnya, selain kasur lusuh dan tumpukan barang barang yang sudah tidak layak pakai.
Kondisi bibir Abah Adang tidak sempurna seperti orang pada umumnya. Bibir beliau terlahir sumbing dan tidak pernah menjalani pengobatan.
”Ada aja yang selalu mengejek Abah karena bibir Abah seperti ini, tapi Abah gak pernah marah, Abah selalu memaafkan mereka” Ujar Abah
”Belum lagi hinaan lainnya yang diucapkan ke Abah, ngapain mulung disini. Kaya gak ada tempat lain, Abah hanya diam dan gak bisa ngapa ngapain” Tambahnya
Namun satu hal yang pasti, selama masih bisa melangkah dan berusaha, Abah tidak akan lelah untuk mencari nafkah tanpa harus meminta-minta. Ia hanya berharap Allah terus memberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan dengan segala keterbatasannya.
Sahabat Kebaikan, Yuk bantu Abah Adang. Tekadnya memang masih sekuat baja, namun tubuhnya sudah begitu lemah dan lelah. Ditanya harapannya, jika ada rezeki Abah Adang ingin sekali membenahi kediamannya. Ia ingin di ujung usianya hidup dengan layak.
Bersama kita bisa membantu beliau untuk mewujudkan mimpinya. Abah Adang adalah salah satu potret lansia tangguh yang masih harus terus berjuang di masa tuanya meskipun dalam kondisi keterbatasan. Masih banyak lansia lainnya yang nasibnya tidak jauh berbeda seperti beliau.
Mari bersama tebar kepedulian bantu Abah Adang dan lansia tak mampu lainnya bisa hidup layak di masa tuanya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan Abah Adang. Serta akan digunakan untuk implementasi program dan penerima manfaat lainnya yang membutuhkan dibawah naungan global sedekah movement.