Ana Maulida, bocah 11 tahun yang seharusnya ceria bermain dan bersekolah, kini harus menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan. Tumor dan alergi kulit telah merenggut kebahagiaannya, membuat tubuhnya penuh luka dan rasa sakit yang tak kunjung reda. Semua bermula dari bintik-bintik kecil yang berubah menjadi hitam, hingga akhirnya muncul benjolan besar di mata kanannya. Setelah operasi pengangkatan bola matanya, harapan itu kembali pupus—tumor tumbuh lagi, kini menyerang hidungnya. Dokter bahkan harus mengangkat tulang hidungnya agar Ana bisa terus bertahan.
Kini, Ana hanya bisa melihat dengan satu mata kirinya, itu pun hanya untuk jarak dekat. Rasa sakit dari luka pasca operasi sering membuatnya menangis, sementara darah terus mengalir dari bekas benjolan yang masih belum sembuh. Kondisinya semakin melemah, dan lebih menyedihkan lagi, ia telah putus sekolah sejak kelas 1 SD karena penyakitnya yang semakin parah. Selama 4 tahun ini, Ana hanya berjuang dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, mencoba bertahan dengan pengobatan seadanya.
Biaya pengobatan yang seharusnya ditanggung oleh jaminan kesehatan ternyata tak mencakup semuanya. Obat-obatan, makanan bernutrisi, hingga biaya transportasi ke rumah sakit harus ditanggung sendiri. Sementara itu, ayah Ana, Pak Nana (38), hanya seorang buruh bangunan dengan penghasilan tak menentu, dan ibunya, Bu Yayah (40), tak bisa bekerja karena harus merawat Ana sambil berjuang melawan penyakit paru-parunya sendiri. Untuk makan sehari-hari pun mereka harus berhutang ke tetangga.
Ana tidak boleh berjuang sendirian. Ia butuh uluran tangan kita untuk mendapatkan perawatan yang layak, gizi yang cukup, dan harapan baru untuk masa depannya. Mari, jangan biarkan Ana terus menahan sakit tanpa kepastian. Klik tombol donasi sekarang dan bantu Ana melawan penyakitnya. Sekecil apa pun bantuanmu, itu bisa menjadi penyelamat hidupnya.