Kisah Perjuangan Melawan Necrotizing Fasciitis
I.Awal Mula Kejadian
Pada Minggu, 7 Desember 2024, Rasya mengalami demam dan rewel tanpa tanda-tanda yang mencolok. Namun, keesokan harinya, Senin, 8 Desember 2024, sebuah benjolan sebesar telur puyuh muncul di dada kanan atas. Kondisi ini membuat orang tuanya segera membawanya ke sebuah klinik di Purwakarta. Sayangnya, tidak ada perubahan yang signifikan, dan pada Selasa, benjolan tersebut semakin membesar, sehingga mereka mencoba klinik lain di daerah yang sama.
Hari Rabu, 10 Desember 2024, kondisi anak semakin memburuk. Orang tua memutuskan untuk segera membawanya ke RSUD Purwakarta. Dokter di sana menyarankan rawat inap karena infeksi sudah menyebar ke bagian tubuh lain. Namun, keterbatasan ekonomi dan ketiadaan keluarga di Purwakarta membuat orang tua memutuskan pulang kampung membawa Rasya ke Bandung untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di RSUD Al Ihsan.
Pada hari yang sama, pukul 22.00 WIB, Rasya tiba di IGD RSUD Al Ihsan. Setelah diperiksa secara intensif, dokter mendiagnosis penyakit Necrotizing Fasciitis (infeksi jaringan lunak yang sangat serius dan berbahaya) dengan penyebaran di beberapa area tubuh. Dalam kondisi darurat, tim medis segera melakukan operasi pada dini hari, pukul 03.00 WIB, tanggal 11 Desember 2024, demi menyelamatkan nyawanya.
Penyakit Necrotizing Fasciitis memerlukan penanganan yang intensif, termasuk operasi, rawat inap yang panjang, dan terapi lanjutan. Sayangnya, kondisi ekonomi keluarga ini sangat terbatas. Biaya medis yang besar, transportasi antar kota, serta kebutuhan harian selama mendampingi sang anak di rumah sakit menjadi beban yang sangat berat bagi mereka. Bahkan selama menunggu Rasya rawat inap, ibunya sama sekali tidak makan karena tidak berbekal, untungnya dapat diketahui setelah kepulangan Rasya dari RS sewaktu menunggu kendaraan, baru bisa makan setelah relawan menawarinya.
II. Kisah Orang Tua Rasya: Perjuangan Melawan Infeksi dengan Keterbatasan Ekonomi
Rasya, seorang balita yang saat ini sedang berjuang melawan infeksi serius di bagian dada kanan atas, lahir di tengah keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan di Subang. Namun, kehidupan keluarga ini semakin sulit ketika sang ayah mengalami kecelakaan mobil saat bekerja. Akibatnya, seluruh gajinya harus dipotong untuk melunasi hutang kepada perusahaan guna memperbaiki kerusakan kendaraan tersebut.
Di sisi lain, sang ibu sepenuhnya mengurus rumah tangga dan Rasya, sehingga tidak memiliki penghasilan sendiri. Kondisi ini membuat keluarga kecil ini sangat bergantung pada penghasilan sang ayah, yang kini hampir tidak mencukupi kebutuhan harian mereka.
Sayangnya, keluarga ini juga tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan yang terjangkau. Pendaftaran BPJS yang pernah dilakukan tidak dapat digunakan karena iuran awalnya belum terbayar. Orang tua Rasya, yang tidak menyadari pentingnya hal tersebut, kini harus menghadapi kenyataan pahit tanpa asuransi kesehatan.
Keterbatasan ekonomi membuat kedua orang tua Rasya merasa tidak berdaya menghadapi situasi ini. Di tengah keputusasaan, mereka hanya bisa berharap kepada bantuan seorang relawan bernama Iceu, yang dengan sukarela membantu mereka mencari dukungan untuk pengobatan Rasya.
Saat Rasya menjalani operasi darurat di RSUD Al Ihsan untuk mengatasi infeksi serius di dada kanan atasnya, ujian lain datang menghampiri keluarga ini. Ayah Rasya, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, mendadak mengalami serangan jantung ditempat kerjanya karena mendengar kabar Rasya harus operasi. Kondisinya begitu serius sehingga ia harus dirawat inap di RSUD Subang untuk mendapatkan perawatan intensif.
Situasi ini menjadi pukulan berat bagi keluarga kecil ini. Di saat mereka tengah berjuang menyelamatkan nyawa Rasya, ayahnya juga harus melawan penyakit jantung yang mengancam keselamatannya. Dengan sumber daya yang sangat terbatas, ibu Rasya menghadapi tekanan luar biasa untuk mengurus anaknya yang sakit sekaligus suaminya yang membutuhkan perhatian medis.
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik