Gimana rasanya di usia yang sudah renta menginjak 45 tahun tak memiliki buah hati dan sering diledek oleh orang lain?
Hal itu terjadi kepada Mak Pipin, Mak Pipin hidup bersama suami (Pak Udin) yang gangguan psikosis harus berjuang bertahan hidup demi memenuhi kebutuhan mereka di masa tuanya. Kerja jadi buruh tani musiman kalo lagi panen cuma dapet upah 50 ribu. Selain itu Mak Pipin juga ngangon domba milik orang lain sudah hampir 2 tahun ia hanya dijanjikan seekor anak domba satu saja.
Emak terus bekerja meski kondisinya rentan sakit. Fisiknya yang tak memiliki hidung berawal sejak kecil yang mengira terkena sariawan biasa dan diabaikan. Benjolan tersebut akhirnya pecah kemudian menggerogoti bibir hingga hidungnya yang harus diangkat. Mirisnya dengan kondisi tersebut ia pernah dihina seperti “ah gapunya hidung”.
Hidup berdua saja dirumah yang sudah reot dari anyaman bambu kalo hujan suka bocor dan sering ketiup angin. Untuk WC juga jauh jaraknya harus jalan kaki kadang numpang di mushola atau di balong. Mak Pipin juga bilang kalo masak masih pake tungku dan harus cari kayu bakar dulu kalo ingin masak sesuatunya. Dia berharap dapat memperbaiki rumahnya dan memiliki kecukupan dari kebutuhannya.
Di usia Mak Pipin dan Pak Udin saat ini seharusnya mereka bisa menikmati masa tua nya, tapi harus tetap berjuang demi bertahan hidup. Mak Pipin Ingin sekali memiliki domba sendiri dan pengen bawa suaminya ke psikolog untuk diperiksa kondisinya. Dengan segala kesulitan yang dihadapinya, Mak Pipin tetap berdoa dan berharap bisa memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan Pak Udin.
Hai Orang Baik, mari wujudkan mimpi Mak Pipin dan berikan bantuan kalian untuk emak mendapatkan tempat tinggal yang layak dan mengobati suaminya serta modal ternak agar bisa menikmati masa tua mereka. Yuk kita sebarkan campaign ini dan kalian dapat berdonasi dengan cara: