Ke rekening Bank Bank BRI*** ***6530a/n KOMUNITAS DHARMA SATYA PERTIWI
Mbah Ginah, sosok yang sudah tak asing lagi bagi warga sekitar. Dengan senyum khasnya dan sepeda bututnya, ia telah menjadi bagian dari cerita masa kecil banyak generasi. Sejak tahun 1970, Mbah Ginah setia berjualan pentol dan gulali di halaman depan Sekolah Dasar.
Tangan-tangan keriputnya cekatan membentuk adonan pentol yang kenyal dan gulali yang manis. Semua bahan baku ia olah sendiri, menghasilkan cita rasa yang khas dan sulit ditemukan di tempat lain. Meski usianya sudah 75 tahun, semangat juangnya tak pernah padam. Setiap pagi, Mbah Ginah sudah siap dengan sepeda dan keronjot tuanya, berkeliling kampung sebelum akhirnya menetap di depan sekolah.
Namun, seiring berjalannya waktu, persaingan semakin ketat. Banyak penjual makanan ringan lain yang bermunculan, menawarkan berbagai macam jajanan yang mungkin lebih menarik bagi anak-anak. Meski begitu, Mbah Ginah tidak pernah mengeluh. Dengan sabar, ia tetap menjajakan dagangannya, berharap ada rezeki yang datang.
Dulu, banyak anak-anak sekolah yang antri membeli pentol dan gulali buatan saya. Sekarang sudah jarang, ujar Mbah Ginah dengan nada lirih. Namun, di balik kesedihannya, Mbah Ginah tetap tegar. Ia percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan. Rezeki sudah diatur, ucap Mbah Ginah dengan tenang. Yang penting kita berusaha.
Pendapatannya memang tak seberapa, sekitar 50.000 rupiah sehari jika beruntung. Uang itu ia gunakan untuk membeli bahan baku dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski hidup sederhana, Mbah Ginah selalu merasa cukup dan bersyukur.
Kisah Mbah Ginah adalah cerminan semangat pantang menyerah. Ia tidak hanya sekadar berjualan, tetapi juga menjaga warisan kuliner dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Penggalangan dana ini mencurigakan ? Laporkan