

Dingin kembali datang menyelimuti Suriah. Ia tak hadir dengan salju yang putih atau pemandangan indah seperti yang sering digambarkan. Di sini, dingin hanya berarti penderitaan menusuk tulang, membekukan tubuh, dan merampas harapan.

Di balik tenda-tenda lusuh yang sobek di sana-sini, jutaan pengungsi bertahan hidup dengan apa yang tersisa. Lebih dari 6 juta orang masih terusir dari rumah mereka, tinggal di kamp-kamp yang tak punya perlindungan layak. Tidak ada pemanas, tidak ada isolasi, dan seringkali tidak ada cukup makanan. Satu tenda bisa dihuni beberapa keluarga. Mereka tidur berhimpitan, berbagi kehangatan tubuh satu sama lain karena selimut terlalu tipis dan kayu bakar terlalu mahal.

Bahan bakar adalah kemewahan. Solar dan gas, yang dulunya bisa diandalkan untuk menyalakan pemanas atau memasak, kini hampir mustahil didapat. Harganya melonjak hingga tiga kali lipat, dan stoknya langka. Bahkan jika punya uang, pilihan yang tersedia sangat menyakitkan: mengisi perut atau menghangatkan tubuh.

Di saat yang sama, pusat-pusat layanan kesehatan darurat yang selama ini menjadi tumpuan harapan para ibu hamil, anak-anak, dan lansia mulai kolaps. Sejak awal 2025, pemangkasan besar-besaran bantuan internasional membuat lebih dari 400.000 orang kehilangan akses terhadap pengobatan dasar. Klinik-klinik yang dulu ramai kini sepi. Tak ada lagi obat demam, tak ada susu untuk anak-anak, bahkan perban pun sulit ditemukan.

Air bersih pun menjadi barang langka. Konflik yang berkepanjangan telah melumpuhkan infrastruktur penting. Gangguan besar di Bendungan Tishrin membuat ratusan ribu warga kehilangan akses terhadap air dan listrik. Beberapa wilayah hanya mendapatkan air 90 menit per hari itupun dengan kualitas yang jauh dari layak.
Sanitasi memburuk, dan penyakit musim dingin seperti pneumonia, diare, hingga influenza menyebar tanpa bisa dicegah.

Namun di tengah semua itu, ada ketakutan yang sunyi namun nyata: takut anak-anak mereka tidak bisa bertahan melewati malam. Takut tubuh mereka menyerah pada dingin yang terus menggigit. Takut hari esok tak membawa perubahan apa-apa.
Ini bukan hanya soal musim yang dingin. Ini adalah krisis kemanusiaan yang terus memburuk, diperparah oleh konflik berkepanjangan, cuaca ekstrem, dan perhatian dunia yang kian memudar.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan disalurkan untuk pengadaan selimut, paket makanan siap saji, dan satu set pemanas darurat. Selain itu, bantuan juga akan digunakan untuk mendukung program-program kemanusiaan lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.
![]()
Belum ada Fundraiser
![]()
Menanti doa-doa orang baik