Di sebuah desa terpencil terdapat sebuah rumah yang sederhana, tempat tinggal Mak Isah, seorang lansia yang usianya telah menginjak lebih dari tujuh puluh tahun, hidup sebatang kara. Meski hidup dalam kesederhanaan, Mak Isah tetap berjuang mengarungi liku-liku kehidupan dengan penuh ketabahan.
Kehidupan Mak Isah begitu sepi, namun ia masih terus bisa menjaga kewajiban agamanya, walaupun terdapat kepedihan dalam setiap sujudnya, karena Mak Isah tak bisa lagi berangkat ke pengajian rutin yang biasa diadakan warga sekitar. Keterbatasan fisik Mak Isah membuat langkahnya terhenti sebelum mencapai tujuan.
Mak Isah yang telah lama hidup sendiri setelah sang suami pergi, kini berjuang melewati hari demi hari dalam keterbatasan yang tak terelakkan. Tak banyak yang bisa ia lakukan karena keterbatasan fisik yang kian renta, tanpa adanya pemasukan maka Mak Isah tak punya banyak pilihan selain bergantung pada bantuan warga sekitar. Sepiring nasi dan lauk pauk yang diantarkan menjadi satu-satunya pengisi perut, namun jika tak ada yang mengantar Mak Isah terpaksa menahan rasa lapar.
Dalam keseharian Mak Isah, meskipun bantuan yang tulus dari warga sekitar kerap kali datang, namun ada kalanya bantuan tersebut telat datang atau bahkan tidak datang sama sekali. Mak Isah hanya bisa menunggu di depan rumahnya, terkadang bermain bersama kucing yang kerap kali datang seakan menemani Mak Isah menahan rasa lapar.
Pakaian yang ia kenakan telah menjadi saksi bisu dari perjalanan hidupnya yang sulit. Lusuh, tapi menjadi penutup tubuhnya yang rapuh. Namun, dalam kekurangan yang tak ada habisnya, ada satu hal yang menggambarkan hatinya yang luhur, yaitu kepeduliannya terhadap kucing liar yang biasa datang ke rumahnya. Terkadang, dengan makanan seadanya, Mak Isah berbagi makanan dengan kucing tersebut.
Harapan akan bantuan, kehangatan, atau mungkin sekedar kehadiran seseorang yang mampu mengubah hidupnya menjadi lebih layak di masa senjanya.
Kisah hidup Mak Isah bukanlah sekedar kisah biasa. Ia adalah cerminan dari kekuatan yang teruji oleh waktu, dan kebaikan hati yang tak tergoyahkan meski dalam keterpurukan. Mak Isah adalah seorang pejuang yang tak pernah menyerah pada keadaan.
Sahabat Firdaus, mari bersama-sama membahagiakan Mak Isah di masa tuannya. Patungan segenggam beras untuk Mak isah dan Lansia Dhuafa lainnya melalui program Sedekah Beras Untuk Lansia Dhuafa, dengan bantuan sahabat firdaus maka ada secercah harapan untuk Mak Isah dan Lansia Dhuafa lainnya memiliki kehidupan yang layak di masa tuanya.
Kami ucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan berupa infaq dan sedekah untuk program “Sedekah Beras Untuk Lansia Dhuafa”. Semoga Allah SWT membalas amal jariyah sahabat firdaus dengan balasan yang setimpal, dan senantiasa mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
Untuk infaq dan sedekah yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan Mak isah dan Lansia Dhuafa lainnya.
Wahai orang-orang yang beriman, berinfaqlah dari sebagian rejeki yang kami berikan pada kalian sebelum datang hari di mana tak lagi ada lagi perdagangan, persahabatan maupun pembelaan. Q.S. Al-Baqoroh: 254
Penggalangan dana ini mencurigakan ? Laporkan
Belum ada Fundraiser