ImageBangun Sekolah yang Layak di Pelosok Banten!...
Image

Bangun Sekolah yang Layak di Pelosok Banten!

Image
Kp. Jamidah, Desa Pasirbungur, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, Banten
Rp 0 terkumpul dari Rp 230.385.600
0 Donasi 29 hari lagi

Penggalang Dana

Image
Image
Verified Organization

Di sudut pelosok Banten, ada seorang lelaki yang memanggul mimpi lebih berat daripada karung beras, namun tak pernah ia letakkan. Namanya Adang Hidayat. Setiap pagi, ia menunggang motor bebek tua dengan suara setengah megap, mengenakan sepatu boot lusuh, baju yang basah oleh keringat, dan tas berisi arit pemotong rumput.

Pemandangan ini bukan potret buruh kebun, tetapi kepala sekolah. Ya, kepala sekolah yang sebelum mengajar, harus lebih dulu mengarit rumput untuk ternak orang lain. Hasilnya ia gunakan bukan untuk membeli kemewahan, melainkan untuk menambal kebutuhan sekolah MTS Miftahul Ihsan 2, satu-satunya sekolah menengah di Pasir Bungur yang tak jauh dari perkampungan. MTS swasta yang dibangun sejak tahun 2003 dari dana swadaya masyarakat itu menjadi nyala di antara gelapnya keterbatasan.

Sekolah yang Jadi Tumpuan Harapan Warga di 2 Provinsi 

Sekolah ini menjadi tumpuan bagi warga di 11 kampung dan 2 provinsi, sebab letaknya yang terpelosok dan berada di daerah perbatasan antara Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dengan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Sementara lokasi SMP Negeri dan sekolah menengah lainnya berada cukup jauh dari jangkauan warga, sehingga MTS ini pun menjadi sekolah andalan bagi warga sekitar.

Mayoritas siswa-siswi yang bersekolah di MTS Miftahul Ihsan adalah anak dari buruh tani. Sekolah ini pun tidak memungut iuran bulanan dari siswanya sebab keterbatasan finansial para wali murid. Begitupun dana bantuan dari pemerintah belum bisa sepenuhnya mencukupi kebutuhan sekolah, termasuk gaji yang layak untuk guru-gurunya.

“Guru honorer di sekolah ini hanya digaji Rp 7000 saja per jam. Dan rata-rata per bulan guru cuma menerima upah di kisaran 250 ribu hingga Rp 1.200.000”, cerita Pak Adang. 

Alhasil, tekad Pak Adang dan para guru dalam memberikan akses pendidikan terbaik bagi siswanya menemui banyak rintangan. Di saat banyak yang berlomba ingin menjadi kepala sekolah, para guru di MTS Miftahul Ihsan, termasuk Pak Adang, berulang kali menolaknya. Sejak 3 tahun terakhir, ia pun terpaksa mengemban amanah menjadi kepala MTS setelah sebelumnya sekolah ini terancam ditutup oleh Komite Sekolah.

Di tengah semua keterbatasan itu, Pak Adang tetap mengumpulkan keberanian membangun ruang kelas demi kenyamanan siswanya yang tiap tahun ajaran baru selalu bertambah. Ruang belajar yang tersedia saat ini hanya 3 kelas dengan total siswanya berjumlah 143 orang. Namun hal itu tak menyurutkan semangat belajar para siswa. Terbukti, keterlibatan siswa-siswinya dalam perlombaan tingkat kecamatan atau kabupaten pun tak jarang mendapat hasil membanggakan.

Tekad Pak Adang agar bisa memberikan kenyamanan maksimal bagi para murid sudah berwujud menjadi 3 bangunan kelas yang setengah jadi. Namun pembangunannya sedang mangkrak karena keterbatasan biaya.

Kini, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu sedang membutuhkan bantuan dari banyak pihak agar ruang kelas baru bisa terselesaikan. Sahabat, satu ruang kelas bukan hanya sebatas bangunan, namun jembatan masa depan. Mari berkontribusi dalam perjuangan Pak Adang memberikan kemerdekaan belajar untuk siswa-siswi di pelosok Banten dan Jawa Barat dengan donasi terbaik! 

*Disclaimer: 80% dana yang terhimpun melalui program ini akan disalurkan untuk program Pembangunan Sekolah di Pelosok, 20% untuk kegiatan syiar dakwah kelembagaan, sebagaimana yang tercantum dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan.

Baca selengkapnya ▾

  • September, 26 2025

    Campaign is published

Belum ada donasi untuk penggalangan dana ini

Fundraiser

Belum ada Fundraiser

Mari jadi Fundraiser dan berikan manfaat bagi program ini.

Doa-doa orang baik

Menanti doa-doa orang baik

Bagikan melalui:
✕ Close