Di usia yang masih sangat belia, sembilan tahun, Yesi Kusmiati harus menghadapi kenyataan pahit. Ia diagnosis mengidap kanker tulang, penyakit ganas yang menggerogoti tubuhnya. Kini, tulang kaki kirinya telah habis, menyisakan kaki yang lemah dan bengkok, membuatnya tak mampu berjalan normal. Sehari-hari, Yesi hanya bisa merangkak, mengandalkan kekuatan tangannya untuk bergerak.
Ayah Yesi, seorang penjual cilok pikul keliling, berjuang keras mencari nafkah untuk keluarga kecilnya. Namun, penghasilan yang tak seberapa itu tak cukup untuk membiayai pengobatan Yesi yang mahal. Sejak Yesi berusia 14 bulan, ketika kakinya mulai membengkak, mereka hanya bisa membawanya ke puskesmas, itupun harus berhutang terlebih dahulu. Keterbatasan biaya membuat mereka tak mampu membawa Yesi berobat secara maksimal, sehingga penyakitnya semakin parah.
Di balik senyum tegar Yesi, tersimpan rasa sakit yang tak terperi. Ia ingin bermain dan berlari seperti anak-anak lainnya, namun penyakitnya membatasi geraknya. Sang ayah, dengan hati yang hancur, hanya bisa melihat putrinya berjuang melawan penyakitnya. Ia berharap ada keajaiban yang datang, ada uluran tangan yang bisa membantu Yesi mendapatkan pengobatan yang layak.
Kisah Yesi adalah potret perjuangan seorang anak yang tak pernah menyerah, dan seorang ayah yang tak pernah lelah berjuang. Di tengah keterbatasan, mereka tetap saling menguatkan, saling menyayangi. Mari kita ulurkan tangan, bantu Yesi untuk mendapatkan pengobatan yang ia butuhkan. Setiap uluran tangan kita adalah harapan bagi kesembuhan Yesi
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik